Kata Pengantar
Suku bangsa Batak dalam kekerabatannya menarik garis berdasarkan Bapak yang dalam ilmu pengetahuan disebut Patrilineal. Dan dalam interaksi sosial berpedoman pada DALIHAN NATOLU, seperti pelaksanaan Adat Pernikahan sampai Adat orang meninggal, semuanya berdasarkan azas Dalihan Natolu. Ada pun unsur Dalihan Natolu antara lain Manat Mardongan Tubu, Elek Marboru, Somba Marhulahula.
Urutan ketiga unsur Dalihan Natolu ini masih belem ada keseragaman. Ada sebagian menyebut bahwa unsur pertama adalah Somba Marhulahula, dstnya. Dalam implementasi Dalihan Natolu pada dasarnya dilaksanakan ketika ada Adat Pernikahan, Orang meninggal, dll.
Jika dalam satu Keluarga hendak melaksanakan adat pernikahan, aksi yang pertamana Suhut merancang pelaksanaan adat dengan mengumpulkan sanak saudara Haha Anggi, Dongan Tubu, dan jika rencana sudah bulat, maka diserahkanlah kepada BORU/BERE untuk menjadi PARHOBAS dalam ulaon adat itu.
Tiba waktunya pada hari H, Suhut menunjukkan rasa hormat kepada Hulahulanya (SOMBA MARHULAHULA). Contoh sederhana ketika Hulahula hendak masuk ke dalam Gedung/Tempat pesta, Hulahula tidak asal masuk begitu saja melainkan ada acara khusus penyambutan Hulahula dan Rombongannya oleh SUHUT.
Maka untuk menentukan posisi dari 3 unsur Dalihan Natolu (DONGAN TUBU, BORU, HULAHULA) adalah berdasarkan TAROMBO/SILSILAH. Untuk itulah setiap orang Batak harus mengetahui Silsilah/Tarombo. Kapan posisi sebagai Dongan Tubu dan Kapan sebagai Boru, kapan sebagai Hulahula. Artinya dari ketiga unsur tersebut hanya Dongan Tubu posisi yang permanen, sementara BORU dan Hulahula akan berubah-ubah.
Pengurus PUNGUAN POMPARAN SI MANIHURUK BORU DAN BERE (PUNGUAN PRSBB) JABODETABEK memandang perlu adanya tarombo Si Manihuruk. Untuk itu ditugaskan kepada saya untuk mengumpulkan bahan-bahan dan menyusun Tarombo Si-Manihuruk.
Pengumpulan bahan-bahan dimulai pada awal tahun 1997. Dalam pengumpulan bahan-bahan dijumpai sangat banyak kesulitan, karena sangat sedikitnya bahan-bahan yang tertulis, orang-orang tua tinggal sedikit yang masih hidup dan keturunan Si-Manihuruk sudah tersebar di seluruh penjuru Sumateta Utara dan bahkan di seluruh penjuru Indonesia.
Kesulitan lain adalah karena keturunan Si-Manihuruk yang sudah lama bermukin di Tanah Karo menggunakan marga Ginting Manik dan yang sudah lama bermukim di Simalungun menggunakan marga Saragih dan sebagian tidak lagi mengetahui asal usulnya di Bonapasogit.
Buku ini adalah konsep awal yang tidak sempurna, karena masih banyak keturunan Si-Manihuruk yang belum tercatat karena ketiadaan bahan umpamanya keturunan-keturunan Ompu Bangkurung dari Harapohan, keturunan Ompu Sohalaosan dari Pansur, keturunan Ompu Bolean dari Sigaol, keturunan Ompu Sugi dan Ompu Tenggal dari Sidabagas dan lain-lain . Selain itu anak Bagas Raja yang bermukim di Tongging, Tanah Karo, Dairi dan Si-Malungun belum tercatat sama sekali.
Salah satu hal yang memerlukan penelitian lebih lanjut adalah generasi yang tidak seimbang, umpamanya; Ompu Raja Ni Huta, Ompu Tembe, Rango Raja, Maranti Raja dan Bagas Raja adalah cucu Si-Manihuruk.
Keturunan Datu Tahan Di Aji baru sampai generasi XII, keturunan Ompu Tembe baru sampai generasi XIII, keturunan Bagas Raja baru sampai generasi XV tetapi keturunan Maranti Raja sudah sampai generasi XVIII. Kalau berbeda dua atau tiga generasi masih dapat diterima oleh akal. Tetapi kalau sudah berbeda sampai lima generasi, maka hal ini perlu didiskusikan lebih lanjut.
Buku yang merupakan konsep awal ini disusun berdasarkan bahan-bahan yang dapat dikumpulkan dari berbagai sumber dan bahan-bahan kepustakaan, antara lain dari buku Pustaha Batak karangan W.M Hutagalung terbitan tahun 1991 dan dari Buku Leluhur Marga-Marga Batak karangan Drs. Richard Sinaga cetakan kedua tahun 1977.
Untuk menyusun tarombo Si-Manihuruk secara lengkap memerlukan waktu yang lama dan memerlukan partisipasi aktif dari semua keturunan Si-Manihuruk. Mudah-mudahan Buku konsep awal ini dapat digunakan sebagai bahan penyempurnaan.
AE Manihuruk/br. Sihaloho (Op. Tunggul Doli). |
Binanga Borta, Juni 1998
AE Manihuruk/br. Sihaloho (Op. Tunggul Doli)
0 Komentar