BERITA TERKINI

6/recent/ticker-posts

Ayo Mengenal Lebih Dekat Tarombo Pomparan Raja Sitempang

Launching Buku “Tarombo Raja Sitempang Anak Ni Raja Nai Ambaton” diluncurkan di Auditorium Kampus II Ubhaya Jaya, Jalan Perjuangan, Kota Bekasi, Jawa Barat, Minggu 16 Agustus 2020 lalu, merupakan salah satu bukti literasi "tarombo Raja Sitempang". (Istimewa)

JAMBI-Mengenal lebih jauh soal silsilah Marga Batak sangatlah penting bagi Orang Batak. Mengenal Silsilah (Tarombo) Marga merupakan suatu keharusan bagi Orang Batak agar tidak hilang dari silsilah marga sendiri. Salah satunya Silsilah yang cukup dikenal yakni "Tarombo Raja Sitempang". Berikut ini mengenal lebih jauh literasi "Tarombo Raja Sitempang".
 
Launching Buku “Tarombo Raja Sitempang Anak Ni Raja Nai Ambaton” diluncurkan di Auditorium Kampus II Ubhaya Jaya, Jalan Perjuangan, Kota Bekasi, Jawa Barat, Minggu 16 Agustus 2020 lalu, merupakan salah satu bukti literasi "tarombo Raja Sitempang". 

Setelah pengumpulan data yang cukup lama yang dilakukan secara kompherensif, akhirnya Buku “Tarombo Raja Sitempang Anak Ni Raja Nai Ambaton” diluncurkan di Auditorium Kampus II Ubhaya Jaya, Jalan Perjuangan, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Minggu, 16 Agustus 2020. 

Peluncuran buku ditandai dengan penyerahan buku tarombo dari penulis kepada beberapa pimpinan perkumpulan (Punguan, red) marga dengan sebelumnya diawali  lagu “Indonesia Raya” dan mengheningkan cipta untuk memperingati 75 Tahun Indonesia Merdeka saat itu. 

Buku Tarombo (silsilah, red) karya Bachtiar Sitanggang, SH dan Brigjen Polisi (Purn) Drs. Antonius Sitanggang, SH, MH ini terdiri atas sembilan Bagian (Bab). 

Bagian Pertama, sebagai Pendahuluan mengantarkan pembaca kepada pokok-pokok bahasan dalam buku. Bagian Kedua tentang Si Raja Batak (Asal-usul Orang Batak); Bagian Ketiga mengenai Raja Nai Ambaton; Bagian Keempat tentang Raja Sitempang Anak Ni Raja Nai Ambaton;  Bagian Kelima Raja Natanggang Gelar Ompu Raja Pangururan;  

Bagian Keenam tentang Sitanggang - Simbolon;  Bagian Ketujuh mengenai Harajaon di Pangururan;  Bagian Kedelapan Pelurusan Buku Tarombo PARNA; dan terakhir, Bagian Kesembilan berupa Penutup yang dilengkapi dengan kesimpulan dan saran.

Sebagaimana buku silsilah, buku ini memuat banyak ranji atau pohon keluarga (family tree), sehingga keturunan Raja Sitempang dapat dengan mudah mengetahui urutan silsilahnya. Selain itu, setiap pembahasan dalam bukudiperkaya dengan catatan penulis dan di beberapa bagian dilengkapi dengan kesimpulan.

Dalam Kata Pengantar di buku, Bachtiar Sitanggang mengharapkan agar buku ini, yang merupakan rangkuman pendapat dari para penulis terdahulu, dapat memberikan gambaran  dan menjadi pedoman tentang Tarombo Sitanggang, Sigalingging, Simanihuruk, dan Sidauruk, persaudaraan Sitanggang dan Simbolon, eksistensi Sitanggang di tengah-tengah marga PARNA (Keturunan Ni Raja Nai Ambaton) di bonapasogit dan di perantauan, serta pertautan Sitanggang dengan Munte.

"Buku ini adalah kumpulan fakta dan data yang diperoleh dari berbagai buku. Berbagai hal dari fakta itu dikoreksi dan diluruskan. Penulis berharap buku ini dibaca secara utuh, karena memuat perbandingan dan persandingan, dan sesuai fakta dan data sering terjadi pengulangan," ujar Bachtiar Sitanggang saat itu.

Tidak kurang dari 32 buku dan tulisan yang menjadi sumber buku ini. Beberapa di antaranya yang sering disebut adalah buku Pustaha Batak  Tarombo dohot Turi-turian ni Bangso Batak karya WM Hutagalung (terbitan pertama 1926 dan kedua 1991);  Perihal Bangsa Batak karya E. St Harahap; PustahaTumbaga Holing, Adat Batak - Patik Uhum karya Raja Patik Tampubolon; Sejarah dan Tarombo Raja Sitanggang karya Drs Marcius Albert Sitanggang; Raja Sitempangkarya Komen Sitanggang, SPd.; 

Kisah Si Raja Batak dan Sejarah Raja Soribuntu Sidabutar (Raja Sidabutar Tomok) karya Drs Ch Robin Simanullang dan Asdon Hutagalung, SH; "Tarombo Ni Raja Sitempang" karya  Raja Napogos JP Sitanggang, serta buku-buku karya Dr. Ir. Bisuk Siahaan, Nalom Siahaan, Ompu Buntilan Simanjuntak, JC Vergouwen;  Prof. Dr. Bungaran Antonius Simanjuntak; Norman Sidabutar; dan lainnya.




Raja Sitempang

Mengutip dari https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Raja_Sitempang, Raja Sitempang atau Raja Natanggang adalah seorang tokoh dalam marga Batak Toba leluhur dari dari marga Sitanggang, Sigalingging, Simanihuruk, Sidauruk dan keturunannya. Anak dari Raja Sitempang inilah yang dikenal sebagai Ompu Raja Pangururan atau Raja Sitanggang.
Etimologi

Nama Raja Sitempang dalam Bahasa Batak Toba secara harfiah merujuk kepada kata tempang yang memiliki arti cacat secara fisik (pincang), yang akhirnya oleh orangtua nya (Raja Naiambaton), diasingkan ke tala-tala di Pusuk Buhit. 

Sejarah

Raja Sitempang/Raja Natanggang adalah anak Raja Nai Ambaton. Atau dengan kata lain mereka adalah Keturunan Si Raja Batak dari garis keturunan Isumbaon yang sering disebut garis Mataniari, berbeda dengan garis keturunan Guru Tatea Bulan yang disebut garis Bulan.

Raja Sitempang menikah dengan Siboru Portimataniari [1] yang melahirkan Raja Natanggang yang terkenal dengan sebutan Raja Pangururan. 

Selanjutnya Raja Pangururan menikah dengan boru dari Baho Raja dan mempunyai 3 Orang anak yaitu, Raja Tanjabau dikenal sebagai Raja Panungkunan, Raja Pangadatan dan Raja Sigalingging dikenal Raja Pangulu oloan. 

Kemudian Tanjabau melahirkan anak bernama Sitanggang Bau, dan mempunyai dua anaknya yang diberi nama Raja Sitempang 1 dan Raja Tinita. Selanjutnya Raja Sitempang 1 melahirkan Sitempang 2. Keturunan Sitempang 2 pada generasi ke enam dari Raja Tanjabau, mengangkat Anak Sitanggang Gusar yang datang dari marga Sijabat dan kini dikenal menggunakan Sitanggang Gusar. 

Anak Kedua dari Raja Sitanggang, Raja Pangadatan mempunyai 3 orang anak yaitu, Sitanggang Lipan, Sitanggang Upar dan Sitanggang Silo. Sedangkan Raja Sigalingging (Pangulu Oloan) mempunyai 3 anak yaitu Guru Mangarissan, Raja Tinatea, Namora Pangujian menggunakan marga Sigalingging.

Anak sulungnya Guru Mangarissan hijerah ke Humbang dan melahirkan 3 anak yakni Op Limbong, Op Bonar, Op Bada (Mpu Bada), anak bungsu Mpu Bada hijerah ke Barus Manduamas memiliki anak bernama: Tendang, Banurea, Manik, Beringin, Gaja, Barasa, sebagian keturunannya hijerah ke Dairi dan ada juga keturunan Banurea menggunakan marga: Boangmanalu, Bancin. Keturunan lain Sigalingging anak dari Op Harinuan yang hijerah ke Raya Simalungun memakai marga Garingging.

Dari Sitanggang Silo yang merupakan anak ketiga dari Raja Pangadatan, mempunyai tiga anak yaitu Manggilang Bosi (Silo), Sitabi Dalan (Manihuruk) dan Silapsap Bosi (Sidauruk). Sitanggang Silo tetap menggunakan Sitanggang tetapi Manihuruk dan Sidauruk sudah menggunakan namanya menjadi marga sampai saat ini.

Sitanggang, Pomparan Raja Sitempang Penguasa di Pangururan

Tateabulan dan Isumbaon adalah dua dari tiga putra Si Raja Batak, "orang Batak pertama". Dari kelompok Isumbaon inilah dipercaya Raja Isumbaon sebagai pendiri Pangururan yang merupakan pusat penyebaran keturunan Raja Naiambaton dan dari keturunan Raja Naiambaton, hanya Sitanggang lah yang mewarisi golat/tanah Pangururan.

Hal ini ditunjukkan dengan dominannya marga Sitanggang di bius Pangururan.[2]

Seperti diketahui bius merupakan wilayah yang terdiri dari beberapa horja, sedangkan horja adalah terdiri dari beberapa huta. 

CATATAN TAROMBO RAJA SITEMPANG [4]

TAROMBO RAJA SITEMPANG ANAK NI RAJA NAIAMBATON

I. RAJA BATAK, anakna tiga:

    Guru Tatea Bulan
    Raja Isumbaon
    Toga Laut / Br. Simoingoing

II.2. RAJA ISUMBAON, anakna tolu:

Raja Sorimangaraja menikah dengan Siboru Anting Malela , Siboru Biding Laut , Siboru Sanggul Haumason
Raja Asi-asi
Sangkar Somalindang

III.1. RAJA SORIMANGARAJA, anakna tolu:

Sorba Dijulu/Naiambaton menikah dengan Siboru Biding Laut Boru Limbong
Sorba Dijae/Nairasaon menikah dengan Siboru Tantan Debata
Sorba Dibanua/Naisuanon / Nai Anting Malela Boru Borbor , Boru Sibasopaet

IV.1. SORBA DIJULU, anakna

Raja Sitempang / Raja Natanggang
Raja Nabolon

V.1. RAJA SITEMPANG menikah dengan Siboru Marihan Boru Ni Raja Silahi Sabungan , Siboru Portimataniari Boru Ni Raja Oloan , anakna dua:

Raja Hatorusan
Raja Sitanggang (Raja Pangururan)

V.2. Raja Nabolon menikah dengan Boru Limbong anakna:

Simbolon Tua menikah dengan Boru Limbong
Tamba Tua menikah dengan Boru Malau
Saragi Tua menikah dengan Boru Malau
Munte Tua menikah dengan Boru Nainggolan

VI.2. RAJA SITANGGANG (RAJA APANGURURAN) menikah dengan Siboru Marhite Ombun Br Naibaho, anakna tolu:

Raja Tanjabau (Panungkunan)
Raja Pangadatan
Raja Sigalingging (Pangulu Oloan)
Siboru Hata Oloan Boru Sitanggang Menikah dengan Namora Jollung Parhusip
Boru Tatap Nauli boru Sitanggang menikah dengan Malau raja

VII.1. RAJA PANUKKUNAN / (TANJABAU) / Br. Naibaho, anakna dua:

Raja Sitempang I
Raja Tinita

VII.2. RAJA PANGADATAN / Br. Nainggolan, anakna tolu:

Raja Lipan menikah dengan boru Nainggolan (Parhusip)
Raja Upar menikah dengan Boru Nainggolan (Raja Sindar Di Huta)
Raja Silo menikah dengan Boru Nainggolan (Raja Sindar Di Ari)

VII.3. RAJA SIGALINGGING / (PANGULU OLOAN) menikah dengan Martualan Br. Naibaho Sitangkaraen , Rona Tio Br. Malau anakna tolu:

Mangarissan/Sigorak
Tinatea/Tambolang
Namora Pangujian/Parhaliang

VIII.1. RAJA SITEMPANG I / Br. Parhusip, anakna satu:

Raja Sitempang II (Sitanggang Gusar lahir setelah generasi ke 4 dari Sitempang II) menikah dengan Boru Lumban Siantar , boru Ambarita
   
 VII. 2. RAJA TINITA / Br. Sinaga, anakna Tolu :
    1. Raja Hobaon menikah dengan Siulatahi boru rumapea
    2. Raja Niapul / menikah dengan Boru sinaga
    Ompu Maridom menikah dengan boru Sinaga Uruk

VIII.2. RAJA LIPAN (SITANGGANG LIPAN) / Br. Nainggolan (Parhusip), anakna tolu:

    Ompu Marigom menikah dengan boru Pandiangan
    Ompu Raja Buhit menikah dengan boru Parhusip
    Raja Pangadatan menikah dengan boru Nainggolan (Raja Sindar Ni Huta)

VIII.3. RAJA UPAR (SITANGGANG UPAR) / br. Nainggolan (Raja Sindar Di Huta), anakna tolu:

    Sungkun Barita menikah dengan boru Parhusip
    Raja Manarsir menikah dengan boru Nainggolan (Raja Sindar Ni Huta)
    Guru Mangarerak menikah dengan boruni Nainggolan (Raja Sindar Ni Huta)

VIII.4. RAJA SILO (SITANGGANG SILO) / Br. Nainggolan (Raja Sindar Di Huta), anakna tolu:

    Panggilang Bosi menikah dengan boru Pandiangan , Boru Lumban Siantar
    Sitabi Dalan (RAJA SIMANIHURUK) menikah dengan boru Sihaloho
    Salassap Bosi (RAJA SIDAURUK) menikah dengan boru Sinaga , Boru Purba Sigulang batu

VIII.5.MANGARISSAN (SIGORAK) / br. Naibaho cucunya dari Mpu Bada onom :

  Tendang menikah dengan Boru Naibaho Siahaan
  Banurea menikah dengan BoruNaibaho
  Manik Kecupak menikah dengan Br. Naibaho Sitangkaraen
  Beringin menikah dengan boru Simamora
  Gajah menikah dengan boru Manalu
  Barasa menikah dengan Boru sinaga

VIII.6.TINATEA menikah dengan Boru Naibaho (TAMBOLANG) anaknya Guru Sinalsal menikah dengan Boru Sinaga cucu sada :

Garingging menikah dengan Boru Sinaga



Tona ni Raja Naiambaton

“Di ho ale pinomparhu Raja Natanggang namanean huta ni daompung si Raja Isumbaon dohot ho ale Raja Nabolon namanean goarhu Raja Bolon sian Tano Sumba, asa tonahonon muna ma tonakon tu saluhut pinomparhu rodi marsundut-sundut di desa na ualu di Tano Batak. 

Asa rap sihahaan ma hamu rap sianggian, rap di jolo rap si Raja Baung di Pomparan ni si Raja Naiambaton. Asa tonahononhu ma tu saluhut Raja Adat, Raja Bius, suang songoni tu angka Raja Parbaringin, Datu Bolon dohot si Baso Bolon di Tano Sumba, asa rap siahaan ma hamu nadua diparadaton, dipartuturan siapari, ditarombo, dihorja adat, diparjambaran ni horbo bius dohot adat, diparjambaran adat Dalihan Natolu, asa sahali manjou ma goarmu nadua, dua hali manggora dohot tangan na dua namartaripar, Natanggang-Nabolon, Nabolon-Natanggang.

Asa ruhut ni panjouon di ulaon adat, ipar-ipar ni partubu nami Raja Nabolon, songoni ma nang Raja Nabolon manjou ipar-ipar ni partubu nami Raja Natanggang. Asa ruhut dipartuturon siapari, na parjolo tubuma siahaan, parpudi tubu sianggian.

Molo so diingot ho hata nidok ima namangose, molo lupa ditona ima namanguba. Asa ho ale Raja Natanggang-Raja Nabolon, asa tonahononmuna ma tupinomparmu asa unang adong namangose namanguba tonangki".

"Di hamu sude pinomparhu na mamungka huta di desa na ualu di Tano Sumba, di namanjujung baringin ni Raja Isumbaon, partomuan ni aek partomuan ni hosa, mula ni jolma sorang. Asa tonahonma tonangkon tu ganup pinomparmu ro di marsundut-sundut, asa sisada anak, sisada boru ma hamu sisada lungun sisada siriaon. 

Naunang natongka, naso jadi marsibuatan hamu dipinompar muna namanjujung goarhu si Raja Naimbaton Tuan Sorba Dijulu Raja Bolon. Asa ise hamu di pomparanhu namangalaosi tonangkon, tu hau ma i sitabaon, tu tao ma i sinongnongon, tu harangan mai situtungon. Sai horas-horas ma hamu sude pinomparhu dinamangoloi podangki ”.

Referensi

^ Buku: Tarombo Raja Sitempang Anak Ni Raja Nai Ambaton Oleh: Bachtiar Sitanggang, SH dan Brigjen Polisi (Purn) Drs. Antonius Sitanggang, SH, MH, Jakarta, 16 Agustus 2020.
 ^ Buku: BIJDRAGE tot de kennis van de stamverwantschap, de inheemsche rechtsgemeenschappen en het grondenrecht der Toba- en Dairibataks Oleh: W. K. H. YPES. 1932.
 ^ Buku: Raja Sitempang Oleh: Kosmen Sitanggang SPd, Medan, 28 April 2007.
^ Hasil Seminar Sehari: Tarombo Raja Sitanggang, Punguan Raja Sitanggang Dohot Boruna (Purasitabor) Kota Medan, 2007.

(Dari berbagaisumber/Rosenman Manihuruk (AsenkLeeSaragih)

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar